Kegiatan promosi dilakukan dalam rangkaian Asia Pacific Week digelar bersama dengan pewakilan Indonesia di Jerman yaitu KJRI Hamburg dan KJRI Frankfurt, ujar Agus Priono, Counsellor KBRI Berlin kepada koresponden Antara London, Senin.

Dikatakannya sebagai bentuk kepeduliaan dengan warga Sumatera Barat yang sedang dilanda gempa dilakukan moment of silent dan dibuka sumbangan bagi para korban gempa.

Yayasan yang bergerak di bidang sosial "Kinderkunst" mendukung acara dengan menjual buku berjudul "Tsunami" yang hasil penjualannya disumbangkan untuk korban Gempa Sumatera Barat.

Menurut Agus Priono, Malam Budaya Indonesia dihadiri sekitar 350 warga Jerman memadati gedung pertunjukan bahkan panitia menolak permintaan banyak warga yang ingin menyaksikan malam budaya tersebut karena keterbatasan kapasitas tempat duduk.

"Kami pun memasang layar di luar ruang pertunjukan untuk memenuhi keinginan tersebut," ujar Agus Priono.

Malam budaya Indonesia menyanjikan kekayaan budaya daerah baik yang tradisional maupun moderen para undangan dibawa ke dalam suasana Jawa tempo dulu dengan sajian Tari Merak, Tari Rampak Kendang, Tari Puspito, Tari Jejer Jaran Dawuk dan kemudian berpindah ke Jawa moderen dengan sajian Musik Etnik, Peragaan Busana Batik Lurik, serta nyanyian keroncong.

Peragaan Busana Batik Lurik oleh pragawati dan pragawan Jerman karya perancang Indonesia yang bermukim di Jerman, Lina Berlina Reichel memberikan warna malam budaya tersebut karena Batik Lurik tidak hanya pantas dipakai oleh orang Indonesia tapi juga warga negara lain, khususnya Jerman.

Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Berlin, Diah WM Rubianto mewakili Dubes Eddy Pratomo mengharapkan Malam Indonesia dapat semakin mendekatkan ?people to people? dan saling perngertian kedua masyarakat dan diharapkan meningkatkan kunjungan turis Jerman ke Indonesia.