Gala, sepertinya kata ini begitu sakti untuk seoarang perancang muda berbakat, Ivan Gunawan. Karena untuk kedua kalinya, Ivan mengangkat tema Gala Regalia di hari kedua pameran pernikahan tradisional dan tradisi Indonesia, Minggu, 15 Agustus 2010 di Shangri-La Hotel, Jakarta. Sebelumnya Ivan pernah mengusung tema ini pada pameran pernikahan Bella Donna Group , The Magical Garden di Central Park 16 April 2010. Kala itu, Ivan menampilkan 16 baju pengantin internasional. Dan kini, sepupu dari Adjie Notonegoro memperkenalkan desain yang dikerjakannya dalam waktu relatif singkat sebanyak 16 kebaya untuk pengantin wanita. Tidak terlalu banyak Ivan melibatkan material di keenam busananya itu. Menurut pria kelahiran 31 Desember 1981 ini, ia tengah enggan bermain dengan banyak material. "Nggak ingin pakai material aneh-aneh, seperti payet, kristal, diamond dan sebagainya, juga detil-detil lainnya. Kalaupun ada paling seperti aksen bunga mawar, desain bahan yang jatuh tumpuk, dan semi baby doll," ungkapnya usai fashion show. Hal ini ia maksudkan agar kebaya-kebanyanya bisa dipakai beberapa tahun mendatang. Kesan simpel, sekali lagi diperlihatkan Ivan lewat teknik cutting, model tidak terlalu rumit. "Kalau baju yang terlalu aneh bingung pakainya," terang Ivan. Terbagi dua sesi, sesi pertama Ivan mengusung warna-warna kalem seperti pitch, krem, ungu muda, coklat muda, dan satu warna hitam. Sesi kedua, Ivan total menggunakan warna putih penuh. Penggunaan batik Jawa Tengah dari Solo dan Yogya. Sementara bahan dari Organdi, brokat perancis jenis timbul dan fasetta. "Saya pakai bahan brokat perancis timbul. Untuk sesi kedua, saya juga lebih banyak melibatkan full renda," ungkap Ivan. weddingku
Sabtu, 11 September 2010
karya Ivan Gunawan
Diposting oleh FASHION di 03.24 0 komentar
Jumat, 10 September 2010
PERAGAAN BUSANA UNTUK DUNIA
Untuk pertama kali, Indonesia, Malaysia, dan Pakistan memperkenalkan busana muslim pada dunia dalam satu ajang. Ketiga negara ini bermaksud mengangkat busana muslim ke mata dunia. Ajang itu bernama Islamic Fashion Festival, yang untuk pertama kali digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan menampilkan karya 15 desainer dan karya dari sekolah desain asal Malaysia. Dari Indonesia, desainer yang tampil adalah Herman Nuary, Iva Lativah, Erni Kosasih, Ramli, Itang Unasz, Ghea Panggabean, Samuel Watimena dan Sebastian Gunawan. Kemudian dari Malaysia hadir Tom Abang Saufi, Kapas Couture, Carven Academy of fashion, Radzan Radziwill. Melvin Lam, Rozi dan Bernard Chandran. Sedangkan dari Pakistan tampil desainer Deepak Perwani. Setting panggung tampil mirip dengan panggungfashion week di Milan. Tinggi panggung hanya beberapa centimeter dari lantai. Para petinggi Malaysia, tamu undangan terbatas, hadir dalam acara yang berlangsung sekitar dua jam itu. Sebastian Gunawan sebagai wakil dari Indonesia menutup keseluruhan rangkaian acara. Dilanjutkan dengan dinner yang dimeriahkan oleh dua tamu kehormatan asal Indonesia, Sebastian Gunawan dan Biyan. Masing-masing menampillan lima busana muslim hasil rancangan mereka, dan satu dari lima busana muslimitu dilelang untuk didonasikan pada Yayasan Harapan Kanak-Kanak Malaysia. Adjie Sementara itu, di tempat terpisah belum lama ini Adjie Notonegoro menghadirkan koleksi teranyarnya. Desainer yang pernah mendapat gelar penghormatan dari Museum del Traje di Madrid karena kebayanya yang sangat unik itu mengajak organisasi Hak Kekayaan Intelektual agar kebaya dapat diakui sebagai busana nasional Indonesia. Peragaan bertemaLeading Lady ini menampilkan koleksi kebaya dan gaun yang keduanya juga dilengkapi busana pengantin. Kebayanya tampak sangat beragam, berlengan pendek ataupun panjang yang menyerupai gaun gaya 1920-an. Semuanya terbuat dari untaian payet yang gemerlap dan mewah. Kebaya pengantin hadir dalam paduan dan adaptasi pengantin internasional dan barat seperti penggunaan kerudung atau veil dengan kebaya yang dimodifikasi sangat modern. Adjie masih mempertahankan gaya bawahan dari kebaya itu tidak jauh dari tradisional, tetapi kedua kombinasi ini terlihat cantik dan menarik. Untuk desain gaun pengantinnya, Adjie membautnya lebih beragam dengan tampilan rok mini ataupun gaya tumpuk. Tampilan couture yang sangat bervariasi hadir dengan warna-warna berani. Ia ingin menampilkan perempuan dengan sisi berbeda. Warna-warna cerah menutupi sebagian besar garis-garis desainnya yang tampak sederhana. Berbagai pertemuan yang merupakan benang merah koleksi kali ini, menciptakan gaya berpakaian baru untuk kaum perempuan tahun ini. Peragaan ini juga sebagai sebuah rendezvous Adjie kepada para pengagum setianya.
Diposting oleh FASHION di 17.54 0 komentar
Peragaan Busana Batik, Lurik Malam Indonesia di Berlin
London (ANTARA News) - Peragaan batik dan lurik mewarnai acara Malam Budaya Indonesia bertema "Enhanced Java Islands : A Dynamic Journey from Past to Present" yang digelar KBRI Berlin bekerjasama dengan Pemerintah Kota Berlin di gedung Rote Rathaus , Berlin, Jerman.
Kegiatan promosi dilakukan dalam rangkaian Asia Pacific Week digelar bersama dengan pewakilan Indonesia di Jerman yaitu KJRI Hamburg dan KJRI Frankfurt, ujar Agus Priono, Counsellor KBRI Berlin kepada koresponden Antara London, Senin.
Dikatakannya sebagai bentuk kepeduliaan dengan warga Sumatera Barat yang sedang dilanda gempa dilakukan moment of silent dan dibuka sumbangan bagi para korban gempa.
Yayasan yang bergerak di bidang sosial "Kinderkunst" mendukung acara dengan menjual buku berjudul "Tsunami" yang hasil penjualannya disumbangkan untuk korban Gempa Sumatera Barat.
Menurut Agus Priono, Malam Budaya Indonesia dihadiri sekitar 350 warga Jerman memadati gedung pertunjukan bahkan panitia menolak permintaan banyak warga yang ingin menyaksikan malam budaya tersebut karena keterbatasan kapasitas tempat duduk.
"Kami pun memasang layar di luar ruang pertunjukan untuk memenuhi keinginan tersebut," ujar Agus Priono.
Malam budaya Indonesia menyanjikan kekayaan budaya daerah baik yang tradisional maupun moderen para undangan dibawa ke dalam suasana Jawa tempo dulu dengan sajian Tari Merak, Tari Rampak Kendang, Tari Puspito, Tari Jejer Jaran Dawuk dan kemudian berpindah ke Jawa moderen dengan sajian Musik Etnik, Peragaan Busana Batik Lurik, serta nyanyian keroncong.
Peragaan Busana Batik Lurik oleh pragawati dan pragawan Jerman karya perancang Indonesia yang bermukim di Jerman, Lina Berlina Reichel memberikan warna malam budaya tersebut karena Batik Lurik tidak hanya pantas dipakai oleh orang Indonesia tapi juga warga negara lain, khususnya Jerman.
Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Berlin, Diah WM Rubianto mewakili Dubes Eddy Pratomo mengharapkan Malam Indonesia dapat semakin mendekatkan ?people to people? dan saling perngertian kedua masyarakat dan diharapkan meningkatkan kunjungan turis Jerman ke Indonesia.
Diposting oleh FASHION di 17.45 0 komentar
peragaan busana Anne Avantie : kompas female
KOMPAS.com - "Tak semua desainer bisa merancang pakaian siap pakai, lho. Bukan hal mudah merancang busana siap pakai yang bisa dikenakan banyak orang," tutur Anne Avantie kepada Kompas Female usai konferensi pers peluncuran Batiken, Lawasan Ready to Wear, beberapa waktu lalu di Hotel Harris Kelapa Gading.
Anne Avantie merupakan sosok desainer yang namanya melambung sejak 20 tahun lalu. Karya-karyanya dalam mendesain kebaya dan busana pengantin sudah sangat dikenal dan banyak ditiru. Di pertengahan tahun 2010 ini, Anne memberanikan diri untuk mencoba keluar dari keglamoran kebaya yang membuatnya menjadi desainer terkenal seperti sekarang.
"Ini adalah pagelaran busana paling deg-degan yang pernah aku lakukan," ungkap Anne membuka konferensi pers ditemani Taruna K., ketua Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI). Anne berkata, untuk merancang busana-busana Batiken, Lawasan Ready to Wear ini, ia harus membiasakan diri untuk tidak menyentuh atau menggunakan brokat, renda, atau payet yang selama ini akrab dengan kesehariannya. Dalam koleksi siap pakainya ini, Anne harus mau berkutat dengan kain-kain yang justru bagi sebagian orang dianggap sampah.
Lawasan, adalah batik yang umumnya digunakan untuk handicraft, yang biasanya digunting kecil-kecil, dan ketika tak lagi digunakan, dikumpulkan, lalu dijual per kilo. Dalam ceritanya, Anne berkata ia merasa tergerak melihat kain-kain tradisional semacam ini diperlakukan seperti sampah seakan tak berarti. Terbersit di benaknya untuk mengumpulkan potongan-potongan kain tersebut untuk kemudian didesain menjadi sebuah busana yang layak pakai.
"Banyak orang jika melihat batik lawasan berkesan, enggak terang, busuk, atau kotor. Tapi saya ingin batik lawasan memiliki pamor, berkarisma, dan diberdayakan. Tak hanya kainnya, tetapi juga para pengepul yang mengumpulkan kain-kain ini," cerita Anne.
Untuk busana yang ada di Batiken, Anne mengatakan bahwa ia berusaha semampunya agar harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Kompas Female berkunjung ke stand tempatnya memeragakan koleksi di Fashion Village dalam ajang Jakarta Fashion & Food Festival 2010, menurut penjaganya, harga yang ditawarkan mulai dari Rp 150.000 - Rp 800.000.
Mengeluarkan koleksinya ini bukan sembarangan, Taruna mengatakna, bahwa ide dan pikiran untuk mengeluarkan koleksi ready to wear ini membutuhkan waktu 3 tahun dari Anne. Diakui oleh Anne, upayanya mengeluarkan koleksiready to wear ini tidak mudah. Ia pun melakukan persiapan dengan melakukan riset dan banyak bertanya kepada para desainer yang kadang lebih muda darinya tapi sudah lebih dulu mengeluarkan ready to wear.
"Saya menyadari bahwa rancangan saya banyak diikuti oleh banyak orang. Saya tidak menyimpan rasa kesal atau dendam. Saya sadar, dengan peluncuran ini, akan ada pujian dan kritikan dari sana-sini. Tapi yang terpenting, akan ada harapan, baik untuk batik lawasan, juga untuk perajinnya," tutup Anne.
Lihat koleksi peragaan Batiken, Lawasan Ready to Wear by Anne Avantie di sini.
Diposting oleh FASHION di 09.24 0 komentar